hai-hai jumpa lagi,
hari ini saya akan bahas tentang makanan ter mantap menurut saya, paling di cari di kampung saya. Apalagi kalau bukan joi. Keluarga saya mendapatkan joi dari empangnya orang atau dikasi secara gratis, atau membeli. Harganya sekitar Rp 5.000 untuk ukuran satu takar yang biasanya ditakar menggunakan wadah bekas sabun kucing anggora ukuran kecil (legend nih sabun). Ini berdasarkan survei di pasar lama Bone-bone tahun 2018.
Kalau sekarang sudah naik.
Untuk keluarga saya, kami memiliki langganan yang biasanya singgah dan menawarkan dagangannya. Kami biasanya membeli seharga Rp 20.000 sudah dapat sangat banyak. Tidak tahu berapa kilo. Karena joi sifatnya berair. Waktu dimasak satu wajan, waktu sudah habis semua airnya tinggal 1/4 wajan.
Lumayanlah untuk lauk bagi keluarga kami.
Nah, kalau mau berburu seperti ini, seru banget
Joi merupakan kerang yang hidup di empang atau muara. Ukuran lebih kecil dari kerang dilaut namun lebih besar dari kerang di sungai, biasa di sebut kremis. Ini menjadi favorit makanan setelah masa pandemic. Selalu terhidang, disaat yang tepat.
Asalnya, tetangga ayah dulu dari desa dekat muara yang mana terdapat banyak empang. Tetangga ayah ini selalu mencari joi untuk dijajakan. Nah, kakak aku, menjadi pelanggan setia. Jadilah hubungan saling menguntungkan, simbiosis mutualisme
Kami hanya memesan lewat kakak, untuk medapatkan joi yang lezat ini. Joi memiliki perut besar berwarna putih dan hitam. selain itu terdapat bagian badannya yang ulet, tidak bisa dikunyah dengan baik, jadi langsung ditelan. Biarkan perut bekerja sesuai kadarnya.
Cara memasak joi, pertama-tama anda harus merebus hingga mendidih sekitar 15 menit. Selama merebus tambahkan rempah, seperti, kunyit, daun salam, daun kedondong dan garam. Banyakin garamnya agar terasa mantap
Setelah joi empuk, kamu bisa memasak ulang sesuai kesukaan. Biasanya saya lebih suka menumis kering tanpa air, bumbu tumis bisa menempel pada joi sehingga rasanya tetap sedap.
Comments
Post a Comment